PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI INDONESIA MENURUT BPS
Badan Pusat Statistik ( BPS) merilis data pertumbuhan
ekonomi kuartal III-2019 yang sebesar 5,02 persen. Angka tersembut melambat
jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,17 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, Indonesia perlu
mewaspadai kinerja perekonomian dalam beberapa waktu ke depan. Pasalnya,
pencapaian pertumbuhan PDB yang sebesar 5,02 persen tersebut adalah yang
terendah dalam dua tahun terakhir. Menurutnya sangat mungkin ekonomi Indonesia
tumbuh di bawah 5 persen ke depannya.
"Kita memang harus ekstra hati-hati. Sangat mudah
kita tergelincir di bawah 5 persen. Banyak hal perlu diperbaiki," ujar dia
di kantor BPS, Jakarta, Jumat (15/11/2019).
Dia mengatakan, jika melihat kondisi perekonomian
global saat ini, strategi RI untuk memacu ekspor belum bisa diandalkan.
Menurutnya, jauh lebih baik jika perbaikan kinerja perekonomian dilakukan
dengan memperkuat potensi perekonomian domestik.
"Kalau memerhatikan ekonomi global, kalau kita
mau memacu ekspor nampaknya berat," kata dia.
BPS pun baru saja melaporkan hasil kinerja neraca
perdagangan Indonesia yang cenderung stagnan. Neraca perdagangan pada Oktober
mengalami surplus sebesar 161,3 juta dollar AS. Adapun bulan lalu, BPS
mencatatkan kinerja neraca perdagangan mengalami defisit sebesar 163,9 juta
dollar AS.
Suhariyanto memaparkan surplusnya neraca perdagangan
bukan karena pertumbuhan ekspor, namun lebih disebabkan impor yang cenderung
turun tajam yaitu mencapai 16,49 persen jika dibandingkan dengan Oktober 2018
secara tahunan. Sedangkan nilai ekspor juga mengalami penurunan sebesar 6,13
persen secara tahunan.
Suhariyanto pun memaparkan, upaya pemerintah untuk
memerbaiki kinerja perekonomian dengan memperkuat ekspor dengan perbaikan
perjanjian bilateran dengan beberapa negara, mencoba menembus pasar-pasar non
tradisional, dan memerkuat manufaktur tidak bisa berdampak seketika.
"Di sisi lain kita harus menjaga supaya
stabilisasi harga-harga betul-betul terjaga," jelas dia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada kuartal III-2019 hanya 5,02% dari
periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Pertumbuhannya melambat
dibandingkan Kuartal II-2019 sebesar 5,05% dan Kuartal III 2018 yang
mencapai 5,17%.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, perlambatan ini
disebabkan adanya ketidakpastian perekonomian global. Salah
satunya perang dagang yang masih memanas sehingga berdampak ke sejumlah
negara, termasuk Indonesia.
Kontribusi pertumbuhan ekonomi tertinggi berasal
dari lapangan usaha pada industri pengolahan sebesar 0,86% dengan
laju pertumbuhan 4,15%. Sayangnya, industri ini mengalami perlambatan dari
periode sebelumnya yang berhasil melaju hingga 4,35%. Sementara untuk
komponen pengeluaran, motor penggerak utama masih berasal dari konsumsi rumah
tangga. Tercatat pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,01%.
SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar