Get me outta here!

Rabu, 15 April 2020

Artikel Tentang Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional

Perkembangan Industri Manufaktur Di indonesia

Selain itu, menurut Airlangga, industri manufaktur dinilai lebih produktif dan bisa memberikan efek berantai secara luas sehingga mampu meningkatkan nilai tambah bahan baku, memperbanyak tenaga kerja, menghasilkan sumber devisa terbesar, serta penyumbang pajak dan bea cukai terbesar.
Kementerian Perindustrian juga mencatat beberapa sektor yang memiliki persentase kinerja di atas PDB secara nasional, diantaranya industri logam dasar sebesar 9,94%, industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 7,53%, serta industri alat angkutan sebesar 6,33%. Hal ini pun dipengaruhi oleh daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis produk yang semakin meningkat, sehingga proses produksi pun akan meningkat sesuai dengan permintaan.
Berbagai sektor manufaktur Indonesia juga dikembangkan di negara ASEAN lainnya, seperti Filipina dan Vietnam. Hal ini tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional dan meningkatkan daya saing secara domestik, regional, dan global. Perbedaan lainnya yang dimiliki oleh perekonomian Indonesia adalah kekuatannya pada pasar dalam negeri dengan persentase sebesar 80% dan sisanya merupakan pasar ekspor, lain halnya dengan Singapura dan Vietnam yang sistem perekonomiannya sebagian besar berorientasi pada kegiatan ekspor.
Industri manufaktur ini semakin dikembangkan oleh pemerintah melalui metode hilirisasi. Hal ini harus didukung dengan peningkatan investasi dan kinerja ekspor untuk mempertahankan industri manufaktur dan menjadikannya sebagai penyumbang pajak dan bea cukai terbesar. Perkembangan industri manufaktur di Indonesia pun harus didukung dengan kerjasama dari berbagai pihak, seperti pemerintah, para pengusaha, dan masyarakat umum lainnya.
Perlu diketahui bahwa nilai MVA atau Manufacturing Value Added untuk industri manufaktur Indonesia berada di posisi paling atas di antara negara ASEAN dengan pencapaian sebesar 4,5%. Sedangkan secara global, manufaktur Indonesia berada di peringkat ke-9 dari seluruh negara di dunia. Menurut Airlangga, salah satu alasan mengapa industri manufaktur Indonesia menjadi yang terbesar se-ASEAN adalah karena sistem perekonomian di Indonesia sudah termasuk dalam kelompok one trillion dollar club yang jelas berbeda dengan negara lainnya di ASEAN.
Konsep dan tujuan dari Industrialisasi
Awal konsep industrialisasi adalah Revolusi industri abad 18 di Inggris kemudian  Penemuan metode baru dlm pemintalan dan penemuan kapas yg menciptakan spesialisasi produksi dan peningkatan produktivitas factor produksi.
Industrialisasi adalah suatu proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam melimpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.

Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu :
  • Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri.
  • Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
  • Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
  • Mendukung perkembangan sektor infrastruktur.
  • Meningkatkan kemampuan teknologi.
  • Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
  • Meningkatkan penyebaran industri.
Faktor-faktor Pendorong industrialisasi
  1. Kemampuan teknologi dan inovasi
  2. Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
  3. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
  4. Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
  5. Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
  6. Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
  7. Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
Apa saja kendala yang dihadapi di bidang industrialisasi
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan masih banyak masalah struktural yang harus diselesaikan untuk meningkatkan potensi industri.

Pertama, masalah investasi. Investasi tumbuh signifikan tahun lalu, tapi lebih banyak didominasi oleh investasi ke sektor jasa. Bhima memaparkan porsi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) ke sektor jasa naik signifikan dari 37,8% pada 2016 menjadi 45,6% pada 2017. Bahkan, porsi investasi penanaman modal asing (PMA) ke sektor jasa meloncat dari 26,8% ke 40,3% dari total investasi. Sementara itu, porsi investasi ke sektor industri pengolahan atau manufaktur baik PMA maupun PMDN terus merosot dari 54,8% pada 2016 menjadi 39,7% pada 2017.

Kedua, masalah daya saing. Bhima menilai daya saing sektor industri Indonesia saat ini semakin tertinggal dari negara tetangga, seperti Vietnam dan Thailand. Dia mencontohkan industri tekstil di indonesia kurang produktif dikarenakan mesin-mesin yang digunakan sudah tua. Pemerintah diharapkan bisa memberi insentif seperti pembebasan bea masuk barang modal, sehingga pelaku industri tertarik untuk meremajakan mesin produksinya.

Ketiga, masalah sumber daya manusia (SDM). Bhima menegaskan sektor industri juga tidak akan dapat tumbuh secara signifikan jika SDM yang tersedia kebanyakan hanya tamatan SMP. Menurutnya, sekarang porsi tenaga kerja lulusan SMP mencapai 70% total tenaga kerja. 
SUMBER

Selasa, 14 April 2020

SEKTOR PERTANIAN INDONESIA


Bagaimana Keadaan Pertanian Indonesia Saat Ini ? Kondisi pertanian di Indonesia, kini terasa cukup memprihatinkan. Di mana Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris (negara yang maju pertaniannya), sekarang malah mengimpor makanan pokoknya dari negara lain. Padahal sebenarnya rakyat dan bumi kita yang tercinta ini masih dapat memenuhi kebutuhan beras untuk makan kita sehari-hari. Bukan hanya beras tetapi hasil pertanian lain pun mengalami nasib yang demikian. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Indonesia adalah negara produsen beras ketiga dunia setelah China dan India. Kontribusi Indonesia terhadap produksi beras dunia kira-kira sebesar 8,5% (51 juta ton). Produksi beras Indonesia yang begitu tinggi tersebut belum bisa mencukupi kebutuhan penduduknya. Dilihat dari semua aspek, kondisi Indonesia sendiri masih banyak kekurangan. Kekurangan tersebut bukan semata berasal dari pemerintahannya saja tetapi penduduknya juga.

Faktor-faktor yang menyebabkan pemerintah Indonesia harus mengimpor beras dan hasi pertanian lainnya diantaranya yaitu akibat meningkatnya jumlah penduduk yang tidak terkendali,meskipun sudah ada program Keluarga Berencana dari pemerintah,namun tetap saja kenaikan jumlah penduduk ini cukup tinggi. Dengan banyaknya penduduk, maka makanan pokok yang dibutuhkan juga begitu banyak, sehingga hasil pertanian dalam negeri tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan penduduknya.
Selain itu faktor cuaca juga menentukan seberapa banyak hasil panen dalam bertani. Cuaca yang tidak menentu, seperti pergeseran musim hujan dan musim kemarau menyebabkan petani kesulitan dalam menetapkan waktu yang tepat untuk mengawali masa tanam, dengan benih beserta pupuk yang digunakan sehingga tanaman yang ditanam mengalami pertumbuhan yang tidak wajar dan mengakibatkan gagal panen. Peristiwa ini sering terjadi di hampir setiap daerah di Indonesia dan membuat petani yang miskin semakin miskin karena kegagalan panen tersebut.

Diharapkan pemerintah juga memperhatikan nasib para petani yang sama memprihatinkannya dengan kondisi pertaniannya. Semestinya adanya penyuluhan dan pembekalan pengetahuan tentang pertanian kepada petani itu perlu dilakukan. Seperti bagaimana cara bertanam yang bersahabat dengan alam dan menggunakan teknologi sehingga bertani memberikan banyak keuntungan dibandingkan dengan kerugiannya, namun teknologinya pun yang tidak membahayakan alam. Dan itu berlaku untuk kita semuanya, yaitu mengambil keuntungan tanpa merusak alam. Sehingga adanya keserasian dan keseimbangan alam pun terjaga, dan kita bisa hidup sejahtera. Dan juga memberikan jaminan hidup petani, dimana petani dapat memelihara alat pertaniannya dan dalam bertani pun dapat dilakukan denngan lancar.

Masih ada beberapa faktor lagi yang membuat Indonesia harus mengimpor beberapa hasil pertanian utamanya beras, seperti lahan pertanian yang semakin sempit. Kemajuan teknologi dan merabaknya industri di Indonesia membuat pertanian yang menggunakan metode sederhana ini semakin memudar keberadaanya. Persawahan yang membentang luas di tiap daerah kini mulai terkikis tergantikan pabrik-pabrik yang mungkin kurang bersahabat dengan alam. Semestinya adanya pembatasan pendirian industri sehingga laju perkembangan industri dan pertanian berjalan dengan seimbang. Sehingga penggunaan barang industri dan hasil pertanian cukup untuk memakmurkan rakyat.

Membahas pertanian Indonesia sama saja kondisinya dengan pertanian di Bogor. Ya, karena Bogor termasuk wilayah Indonesia. Banyak sekali mall dan pabrik yang menghiasi kota yang dikenal sebagai kota hujan ini. Sawahnya kini tinggal beberapa hektar saja, mungkin kita bisa menghitungnya dengan jari. Memang agak berlebihan, namun itulah yang sebenarnya terjadi.

Mengapa yang dibahas kota Bogor, karena mungkin dengan istilahnya yaitu ‘kota hujan’ menjadi tersugesti bahwa Bogor pasti memiliki persediaan air yang banyak dan banyak juga sawahnya. Namun kini Bogor pun tidak bisa mengelakkan cepatnya laju industrialisasi yang ingin menyusup ke dalamnya, sehingga industrialisasi pun terjadi di Bogor. Namun kita harus berbangga pada petani yang masih mau mempertahankan pekerjaannya dan tempat mereka mencari sesuap nasi, karena di tengah banyak orang yang ingin bekerja di industri dan ditengah ketidakjelasan nasib petani, masih ada yang ingin mempertahankan pekerjaannya sebagai petani, sehingga kita tidak kehilangan makanan pokok yang sudah dari dahulu menjadi kebiasaan kita.

Nilai Tukar Petani
1.      Pengertian Umum :
·         NTP merupakan indikator proxy kesejahteraan petani
·         NTP merupakan perbandingan antara Indeks harga yg diterima petani (It) dengan Indeks harga yg dibayar petani (Ib)
2.      Arti Angka NTP :
·         NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya.
·         NTP = 100, berarti petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
·         NTP< 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun, lebih kecil dari pengeluarannya.
3.      Kegunaan dan Manfaat
·         Dari Indeks Harga Yang Diterima Petani (It), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.
·         Dari Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Perkembangan Ib juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di pedesaan.
·         NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah tangga.
·         Angka NTP menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian dibandingkan dengan produk lain. Atas dasar ini upaya produk spesialisasi dan peningkatan kualitas produk pertanian dapat dilakukan.

Kaitan antara Sektor Pertanian dengan Sektor Industri
Sektor pertanian memiliki peran stategis dalam perekonomian Indonesia. Hal tersebut dipahami karena sektor pertanian menyediakan lapangan pekerjaan terbesar bagi penduduk Indonesia, selain itu sektor pertanian juga menjadi sektor ekonomi utama bagi daerah pedesaan dimana daerah pendesaan menyumbang tingkat kemiskinan terbesar bagi penduduk Indonesia Untuk itu, pembangunan sektor pertanian menjadi kunci keberhasilan bagi Indonesia untuk dapat mensejahterakan masyarakat Indonesia.

Pada kenyataannya sektor pertanian di Indonesia masih belum berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap  Produk Domestik Bruto (PDB) dimana pertumbuhan sektor pertanian dari tahun ketahunnya semakin menurun. Pembangunan ekonomi Indonesia lebih diarahkan kepada pengembangan sektor industri. Sektor industri dianggap sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan perekonomian dibandingkan sektor-sektor lain. Sehingga sektor industri sangat diprioritaskan.

Kontribusi sektor industri dapat dilihat dari indikator PDB dimana sektor industri menyumbang pendapatan nasional terbesar setiap tahunnya dan pertumbuhannya pun semakin meningkat. Akan tetapi, dalam pelaksanaan pembangunan sektor industri dimana sektor tersebut menjadi sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan nasional tidak terlepas dari peran sektor pertanian. Contohnya adalah agroindustri dimana agroindustri merupakan bagian dari sektor industri pengolahan yang mengolah output atau produk-produk mentah dari sektor pertanian. Sehingga perkembangan agroindustri tergantung dari kontribusi sektor pertanian itu sendiri. Hal tersebut dapat terjadi tidak hanya pada sektor industri pengolahan saja melainkan dapat terjadi dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian. Dengan kondisi tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian sebenarnya dapat berperan terkait pengaruhnya terhadap sektor-sektor lain sebagai penyedia input (barang dan jasa) antara bagi sektor lain ataupun pengguna input antara dari sektor lain.

Ada beberapa teori dan study impiris yang menjelaskan bagaimana keterkaitan antar sektor mempengaruhi perekonomian suatu Negara bagi Negara – Negara di mana peranan sektor pertanian masih subtensial, maka pemikiran mendinamiskan sektor pertanian lewat kekuatan dan keterkaitanya dengan sektor lain amat menarik untuk di diskusikan. Pemikiran mellor dan lele (1973) amat mengemngkan konsep agricultural and structural transformation model.king dan byarlee(1978) menemukan bahwa keterkaitan industry dengan sektor pertanian amat kuat apabila sektor industry mempunyai sektor keterkaitan ke belakang yang tinggi.banyak yang berpendapat bahwa salah satu syarat perlu (necessary condition) untuk dapat di capainya transformasi structural dari pertanian (industry primer)ke industry manufaktur (industry sekunder)adalah adanya keterkaitan sektor pertanian dan sektor   industry yang tangguh kaitan yang paling sesuai adalah pengolahan produk – produk pertanian, bahwa agrow industry mencakup dua jenis industry manufaktur yaitu industry penyedia input pertanian.


Sumber

https://www.bps.go.id/subject/22/nilai-tukar-petani.html#subjekViewTab1
https://www.kompasiana.com/markus.simanjuntak/550dfb65a33311a12dba7ef3/keterkaitan-pertanian-dengan-industri-manufaktur
https://www.pioneer.com/web/site/indonesia/Kondisi-Pertanian-Indonesia-Apakah-Bisa-Maju

Senin, 06 April 2020

FAKTOR- FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETIMPANGAN DI WILAYAH INDONESIA BARAT DAN INDONESIA TIMUR


FAKTOR- FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETIMPANGAN DI WILAYAH INDONESIA BARAT DAN INDONESIA TIMUR

Tingkat Ketimpangan Pembangunan
Berdasarkan indeks Williamson, kawasan Barat Indonesia memiliki tingkat ketimpangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan Timur Indonesia, dengan indeks rata – rata 0.83 untuk Kawasan Barat Indonesia dan 0.45 untuk Kawasan Timur Indonesia.  Tingkat ketimpangan yang tinggi di Kawasan Barat Indonesia ini tidak terlepas dari banyaknya kota-kota besar yang memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi terutama dipulau Jawa dibandingkan dengan pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Untuk pulau Sumatera sendiri yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi dimiliki oleh Riau dan Kepulauan Riau, sementara untuk pulau Jawa DKI Jakarta dan pulau Kalimantan oleh Kalimantan Timur.  
Selain hal tersebut ketimpangan yang tinggi di kawasan barat Indonesia juga disebabkan oleh perbedaan mencolok infrastruktur yang ada antara pulau Jawa dan luar pulau jawa. Perbedaan infrasturktur ini akan memberikan dampak pada aktifitas ekonomi yang dijalankan di daerah tersebut. Untuk pulau Sumatera sendiri peningkatan pendapatan perkapita yang besar juga disebabkan pembagian hasil dari sumber daya alam di Riau dan Kepulauan Riau, hal yang sama juga terjadi didaerah Kalimantan Timur.
Hal yang berbeda terjadi pada Kawasan Timur Indonesia, pada kawasan ini indeks Williamson tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 0.6844, hal ini terjadi karena pada tahun tersebut Papua Barat memiliki Produk Domestik Regional Bruto yang tinggi sebesar Rp. 18,914,877.30 juta rupiah dengan jumlah penduduk yang sangat sedikit sebesar 730 orang, sehingga pada tahun tersebut pendapatan perkapita didaerah ini jauh lebih tinggi dari tahun – tahun sebelumnya. Untuk tahun tahun selanjutnya  angka indeks Williamson berada pada kisaran 0.3 – 0.4.
Pada kawasan Timur Indonesia apabila dilihat dari perhitungan Indeks Williamson lebih merata pembangunan didaerah ini dibandingkan dengan kawasan barat Indonesia, hal ini tidaklah mengherankan karena pada kawasan ini bila dilihat dari infrastruktur dan aktifitas ekonomi yang ada tidak memiliki perbedaan yang mecolok antara satu daerah dengan daerah lainnya, hanya Sulawesi selatan yang memiliki Produk Domestik Regional Bruto terbesar dengan jumlah penduduk terbesar pula.


Hubungan tingkat ketimpangan Tenaga kerja
Tenaga Kerja merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan suatu daerah, dengan jumlah tenaga kerja yang banyak disertai dengan kualitas yang baik maka daerah tersebut dapat berkembangan lebih cepat, sebaliknya jika jumlah tenaga kerja yang besar tanpa disertai dengan kualitas yang baik dari tenaga kerja maka daerah tersebut bisa menjadi daerah yang terbelakang, karena tenaga kerja yang besar tanpa adanya kualitas merupakan masalah dalam pembangunan suatu wilayah. 
Bila dilihat jumlah tenaga kerja Kawasan Barat Indonesia jauh lebih banyak dari jumlah tenaga kerja dikawasan timur Indonesia. Hal ini tidaklah mengherankan karena pada Kawasan Barat Indonesia mempunyai jumlah provinsi lebih banyak disertai dengan jumlah penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan Kawasan Timur Indonesia. Tabel berikut akan memperhatikan jumlah tenaga kerja pada 2 kawasan tersebut.
Apabila dilihat dari tahun ke tahun jumlah tenaga kerja di kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada kawasan Barat Indonesia jumlah tenaga kerja selama tahun 2002 – 2010 mengalami perkembangan rata – rata sebesar 2.44 persen, peningkatan terbesar pada jumlah tenaga kerja pada tahun 2006 sebesar 4 persen, sedangkan peningkatan terkecil pada jumlah tenaga kerja terjadi pada tahun 2005 sebesar 0.05 persen. Hal yang berbeda terjadi pada Kawasan Timur Indonesia, pada kawasan ini rata – rata perkembangan tenaga kerja selama tahun analisis sebesar 3,48 persen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan barat Indonesia. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2007 sebesar 9,9 persen dan terendah terjadi pada tahun 2006 yang mengalami penurunan sebesar 0,51 persen dari tahun sebelumnya. Lebih besarnya pertumbuhan jumlah tenaga kerja di kawasan Timur Indonesia ini disebabkan oleh banyaknya terjadi perpindahan tenaga kerja dari kawasan barat ke kawasan timur terutama dikarenakan adanya eksploitasi Sumber Daya Alam khususnya dalam sektor pertambangan, selain itu adanya pemekaran daerah – daerah baru juga menyebabkan terjadinya penyerapan tenaga kerja pada Kawasan tersebut. 
Dari hasil korelasi diketahui bahwa hubungan ketimpangan wilayah dengan tenaga kerja pada Kawasan Barat dan Kawasan Timur  menghasilkan hubungan yang bertolak belakang. Pada Kawasan Barat Indonesia, ketimpangan wilayah mempunyai hubungan negative dan sangat kuat  terhadap tenaga kerja sebesar 0,905 pada tingkat kepercayaan 99 persen, artinya  jika ketimpangan wilayah meningkat maka jumlah tenaga kerja akan menurun dan sebaliknya jika jumlah tenaga kerja meningkat maka ketimpangan wilayah akan menurun, hal ini dikarenakan jumlah tenaga kerja yang ada di Kawasan Barat Indonesia selain besar, juga memiliki kualitas yang baik. 
Untuk kawasan Timur Indonesia diketahui bahwa hubungan ketimpangan wilayah dengan tenaga kerja  menghasilkan hubungan yang positif dan tidak begitu kuat sebesar 0.599, artinya jika ketimpangan wilayah meningkat maka jumlah tenaga kerja akan meningkat pula dan sebalikya jika jumlah tenaga kerja menurun maka maka ketimpangan wilayah akan menurun, hal ini dikarenakan jumlah tenaga kerja yang memiliki kualitas yang baik bukan berasal dari kawasan itu sendiri, sedangkan jumlah tenaga kerja yang asli berasal dari Kawasan Timur Indonesia memiliki kualitas yang tidak begitu baik.


Hubungan tingkat ketimpangan Implikasi Kebijakan.
Perbedaan tingkat ketimpangan yang besar antara kawasan barat dan kawasan timur Indonesia menyebabkan pemerintah pusat harus terus memperhatikan kesejahteraan masyarakat didaerah. Meskipun dengan adanya pemberian otonomi dan desentralisasi fiskal pada setiap daerah, tetapi ketimpangan yang masih sangat terasa terjadi di kedua tersebut. Akses transportasi jalan merupakan hal yang paling penting untuk segera dibenahi, artinya pemerintah pusat tetap dan harus memberikan prioritas pembangunan jalan dan perbaikan jalan di Kawasan Timur Indonesia. Prioritas pembangunan jalan di Pulau Jawa sebaiknya mulai dikurangi, dana – dana perbaikan dan pembangunan jalan dialihkan daerah Timur Indonesia, agar aktivitas ekonomi berjalan dengan baik dan lancar, yang pada akhirnya masyarakat dikawasan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraanya.
Bila dilihat antara korelasi tenaga kerja dengan ketimpangan pembangunan di kedua wilayah tersebut, maka aspek Sumber Daya Manusia menjadi focus yang sangat penting untuk menjadi investasi di masa depan. Dengan sumber daya yang lebih baik di Kawasan Barat Indonesia, maka kawasan ini menjadi lebih cepat maju dan berkembang sementara Kawasan Timur Indonesia tetap pada kawasan yang masih sulit untuk berkembang, oleh karena itu kebijakan pemerintah baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya di kawasan timur Indonesia menjadi prioritas yang penting dengan cara memberikan beasiswa kepada para pemuda/pemudi yang memiliki prestasi akademik yang baik, menyekolahkan mereka kedaerah yang memiliki fasilitas dan mutu yang baik serta membuat komitmen bagi mereka yang menerima bantuan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah setelah berhasil menyelesaikan studi agar kembali kedaerah asal dan mengabdikan ilmu yang diperoleh.